Selasa, 20 Agustus 2013

Dia Memiliki Kerinduannya Sendiri

Dia memiliki kerinduannya sendiri. Mengapakah mereka selalu mengkhawatirkannya? Tidak layakkah dia untuk mencari dan menemukan apa yang disenanginya? Mengapakah mereka harus mencampakkan semua mimpi-mimpi indahnya? Apakah kebenaran selalu hanya milik mereka, orang-orang yang merasa bahwa kebenaran mereka adalah kebenaran mutlak?

Ketakutan mereka sendiri pada bayangan masa depan yang tak teraba, dan harapan mereka sendiri yang tak teraih, kemudian membuat mereka ingin agar dia menjadi jauh lebih berhasil dari pada mereka sendiri. Tetapi apakah keberhasilan untuk mereka harus sama dengan keberhasilan untuk dirinya di masa nanti?

ingatlah! Dia juga memiliki kerinduannya sendiri.  kalian bisa mengarahkanya tetapi jangan membentuk dirinya menjadi seperti bayangan yang kalian inginkan. Dia bukan tanah liat yang dapat di ubah bentuknya sesuai dengan apa yang kalian idekan. Hidupnya bukanlah suatu bentuk mekanik yang dapat dijalankan seperti menjalankan robot lewat remote-control.

Mimpinya, keinginanya dan harapanya, kerinduan-kerinduanya pasti bukanlah suatu kesia-siaan belaka. Sebab dia pun diciptakan sama seperti kita, kalian, dan mereka. Dirinya juga tak lain dari cermin kerinduan Tuhan untuk membuat manusia secara bebas mampu menentukan dirinya sendiri.

Setiap manusia menyimpan kerinduannya sendiri, begitupun dirinya. Dan karena itu, jangan menjadikanya terkukung dan kesepian. Merasa tak pernah dipahami. Merasa tak pernah dipedulikan perasaannya. Sehingga menjadi bentuk kewajaran jika terkadang dirinya menjadi pemberontak yang aktip. Atau menjadi penurut yang pasip. Dan semua itu hanya akan berujung pada kegagalnya menjadi dirinya sendiri. Larut dalam situasi emosional, melawan atau pasrah, dan gagal menyikapi hidup.

Ingatlah, bahwa dia memiliki kerinduanya sendiri. Dan tidak setiap kerinduan itu sama dengan kerinduan kita, kalian dan mereka. Kita dapat mengarahkan tetapi jangan memaksanya. Kita dapat meminta tetapi tidak untuk mengharuskan. Berapa banyakkah penderitaan terjadi karena sikap kita yang keras dalam memaksa untuk mewujudkan mimpi kita sendiri?

Maka marilah kita menyadari untuk tidak menjadikanya seseorang yang sepi. Dia pun memiliki hak untuk mewujudkan kerinduanya. Untuk menyatakan keberadaan diri mereka. Kita tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal tentangnya. Sebab kita sendiri pun tidak abadi. Suatu waktu kelak pun, kita harus membiarkan dia untuk terbang melayang dengan saya-sayapnya sendiri. Yang jauh lebih berdaya daripada sayap kita sendiri. Jauh lebih berdaya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar